Jumat, 18 Februari 2011

Pukat Udang (Shrimp Trawl)

Alat Tangkap Pukat Udang

Menurut Usemahu, A.R. dan Tomasila, L.A. (2001), bagian – bagian pukat udang meliputi :
1. Tali penarik
Panjang tali penarik biasanya diperhitungkan dengan pedoman dalamnya perairan di tempat dimana pukat udang dioperasikan. Pada umumnya panjang tali penarik berkisar 5 – 6 kali dalam perairan.
Selain itu, ada juga yang membuat tali penarik dengan perhitungan dengan rumus sebagai berikut :
F = (3 + 25/D) x D
F : panjang tali penarik (meter)
D : dalamnya perairan (meter)

2. Bridleline
Bridle line adalah tali yang menghubungkan antara sayap jaring dengan otterboard. Tujuan pemberian tali ini adalah untuk menggiring ikan berkumpul di tengah – tengah jaring. Pada umumnya panjang bridle line sekitar 6 meter. Ada juga yang menggunakan bridle line sepanjang 50 – 100 meter, bahkan pada pukat udang umumnya tidak menggunakannya.

3. Dan Leno
Dan Leno adalah sebatang kayu yang dipasang pada tiap – tiap ujung sayap pukat udang yang gunanya untuk membuat sayap pukat udang dapat berdiri vertikal dalam air.

4. Webbing
Besarnya jaring biasanya ditentukan oleh panjang tali ris atas. Ukuran jaring (mata jaring) ada yang sama dari ujung sayap sampai kantong, untuk ukuran mata jaring dari sayap ke kantong biasanya semakin kecil. Ukuran mata jaringnya adalah pada kantong ukuran mata jaring terkecil. Bahan yang digunakan untuk membuat jaring yang paling umum digunakan adalah bahan nilon.

5. Tali ris
Ada dua macam tali ris pada pukat udang yaitu tali ris atas dan tali ris bawah. Tali ris atas biasanya disebut head line sedangkang tali ris bawah biasanya disebut ground rope atau foot rope. Tali ris atas biasanya digunakan sebagai ukuran penentuan besarnya pukat udang tersebut. Tali ris atas dapat ditentukan berdasarkan besarnya daya motor penggerak, dengan rumus sebagai berikut :
L = (feet)
L : Panjang tali ris atas
P : Daya Kuda (DK) motor penggerak

6. Layang – layang
Layang – layang ini digunakan untuk membuat mulut jaring terbuka selebar mungkin ke arah vertikal. Prinsip kerja layang – layang sama dengan prinsip kerja otterboard. Perbedaannya apabila otterboard ditarik akan bergerak ke arah samping, sedangkan layang – layang akan bergerak ke arah atas. Layang – layang ini biasanya digunakan untuk midwater trawl.

7. Otterboard
Otterboard berfungsi sebagai pembuka sayap jaring ke arah samping. Besar kecilnya bukaan oterboard ke arah samping ditentukan oleh cara penyetelan tali guci yang ada pada otterboard tersebut. Ukuran otterboard harus disesuaikan dengan ukuran jaring, karena ukuran jaring ditentukan oleh panjang tali ris atas yang juga ditentukan oleh daya motor penggerak, maka besar otterboard dapat dihitung berdasarkan rumus yang berhubungan dengan besarnya daya kuda motor penggerak kapal yaitu :
B : lebar otterboard
P : DK motro penggerak kapal
2B : panjang otterboard
Sedangkan berat otterboard dapat diperhitungkan dengan pedoman sebagai berikut :
Untuk kapal 100 DK ke atas W = 2,7 P
Untuk kapal 66 DK ke atas W = 6,5 P + 400

Jenis – Jenis Pukat Udang
Menurut Usemahu, A.R. dan Tomasila, L.A. (2001), berdasarkan macamnya pukat udang dapat dikelompokkan berdasarkan :
1. Cara terbukanya mulut jaring
- Beam trawl
- Paranzella
- Otter trawl

2. Berdasarkan daerah operasinya
- Trawl dasar perairan (bottom trawl)
- Trawl pertengahan (midwater trawl)
- Trawl permukaan (surface trawl)

3. Berdasarkan jumlah kapal yang menariknya
- Trawl satu kapal (one boat trawl)
- Trawl dua kapal (two boat trawl)

4. Berdasarkan jumlah trawl yang ditarik pada tiap – tiap kapal
- Trawl tunggal (single trawl)
- Trawl ganda (double rig trawl)

5. Berdasarkan tempat penurunan dan penaikan alat tangkap ke atas kapal
- Trawl samping (side trawl)
- Trawl buritan (stern trawl)

Cara Pengoperasian Pukat Udang
Menurut Usemahu, A.R. dan Tomasila, L.A. (2001), cara pengoperasian meliputi tahap – tahap sebagai berikut :

1. Persiapan
Sebelum operasi penangkapan, terlebih dahulu segala peralatan dan perlengkapan operasional agar dipersiapkan secara teliti. Seperti penyusunan alat di tempatnya agar memudahkan saat diturunkan, pemeriksaan mesin – mesin (mesin induk, mesin winch), pembersihan palka, perbekalan es (apabila kapal tidak ada mesin pendingin).

2. Penurunan Jaring
Penurunan jaring pada saat operasi dengan menggunakan pukat udang dapat dilakukan setiap saat baik siang hari maupun malam hari, asalkan cuacanya baik dan memungkinkan untuk menurunkan jaring.
Setelah kapal sampai di daerah penangkapan yang dituju, jaring dapat segeran diturunkan. Penurunan jaring mula – mula dari bagian kantong, BED, badan jaring, sayap, bridle line (apabila menggunakannya), otterboard dan tali penarik.

3. Penarikan jaring
Selama operasi, jaring tersebut terus ditarik sampai kira – kira 2 jam, kemudian baru dapat dinaikkan ke atas kapal untuk diambil hasil tangkapannya.

4. Penaikan jaring
Urutan penaikan jaring merupkan kebalikan dari urutan penurunan jaring. Apabila seluruh bagian alat tangkap telah naik ke atas kapal, pengambilan hasil tangkapan dapat dilakukan dengan cara mengangkat pangkal – pangkal kantong dengan menggunakan boom, kemudian tali pada ujung kantong dibuka agar hasil tangkapan yang berada di dalam kantong dapat dikeluarkan/tercurah di atas kapal.

Long Line (Rawai)

Alat Tangkap Long Line

Menurut Ayodhyoa, A.U. (1972), bahwa kata long line diterjemahkan dengan rawai tuna, sungguhpun dengan demikian dalam uraian selanjutnya istilah long line yang dipakai dengan perikanan long line sering diartikan langsung perikanan Tuna long line mengingat bahwa tujuan penangkapan utama dari alat tangkap ini adalah jenis – jenis Tuna, sungguhpun dengan prinsip alat tangkap ini juga untuk menangkap ikan Salmon, Spanish Mackerel, Shark dan lain – lain. Long line untuk ikan Tuna pada kenyataan operasinya selain menangkap jenis – jenis Tuna juga tertangkap ikan – ikan Layaran, ikan Hiu, dan lain – lain. Jenis – jenis Tuna adalah oceanis yang dengan demikian perikanan tuna long line merupakan perikanan oceanis yang juga dapat dikatakan perikanan laut bebas. Akibat hal ini, di perikanan tuna long line tentulah harus mempunyai struktur organisasi yang teratur.

Di daerah perairan Indonesia, fishing ground untuk perikanan ini adalah laut Banda, laut Maluku, perairan selatan pulau Jawa, terus menyusur ke timur, demikian pula perairan sekitar sebelah selatan Sumatera, sekitar Andaman dan Nikobar, perairan sebelah utara Irian Jaya, perairan sebelah selatan pulau Timor dan sebagainya.

Umpan

Menurut Usemahu, A.R. dan Tomasila, L.A. (2003), bahwa umpan yang biasanya digunakan adalah ikan hidup atau yang sudah mati tetapi masih dalam keadaan segar dan utuh, adapun jenis umpan yang digunakan ialah :
- Ikan Layang (Decapterus sp)
- Ikan Kembung (Rastreliger sp)
- Cumi – cumi (Loligo sp)
- Ikan Lemuru (Sardinella longiceps)

Menurut Usemahu, A.R. dan Tomasila, L.A. (2003), bahwa dalam penangkapan ikan dengan rawai tuna, para petugas pemasangan umpan harus benar – benar terampil dalam menjalankan tugasnya, sebab apabila tugas pemasangan umpan tidak terampil, maka akan mengganggu kelancaran operasi.

Mengingat bahwa ikan – ikan yang ditangkap lebih menyukai ikan yang masih hidup, maka pemasangan umpan harus dipasang sedemikian rupa agar dapat menyerupai ikan yang masih hidup. Ada beberapa cara pemasangan umpan agar apabila sudah dipasang di perairan masih menyerupai ikan yang masih hidup yaitu :
- Mata pancing ditusuk pada bagian belakang keping tutup insang.
- Mata pancing dikaitkan pada bagian punggung ikan tepat di bawah sirip tulang belakang.

Purse Seine (Jaring Kantong)

Alat Tangkap Purse Seine

Alat tangkap purse seine biasanya disebut jaring kantong karena bentuk jaring tersebut waktu dioperasikan menyerupai kantong. Alat tangkap purse seine kadang disebut juga jaring kolor karena pada bagian jaring (tali ris bawah) dilengkapi dengan tali kolor yang gunanya untuk menyatukan bagian bawah jaring sewaktu operasi dengan cara menarik tali kolor tesebut. (Usemahu, A.R. dan Tomasila, L.A, 2003)
Alat tangkap purse seine digunakan untuk menangkap ikan yang bergerombol (schooling) di permukaan laut. Oleh karena itu, jenis – jenis ikan yang tertangkap adalah jenis – jenis ikan pelagis yang hidupnya bergerombol. (Usemahu, A.R. dan Tomasila, L.A, 2003)
Ikan – ikan tertangkap dengan purse seine karena gerombolan ikan tersebut dikurung oleh jaring sehingga pergerakannya terhalang oleh jaring dari dua arah, baik pergerakan ke samping (horizontal) maupun pergerakan ke arah dalam (vertikal). (Usemahu, A.R. dan Tomasila, L.A, 2003)

Alat Bantu Pengoperasian Purse Seine

Menurut Usemahu, A.R. dan Tomasila, L.A. (2003), alat bantu pengoperasian pada jaring purse seine ada beberapa macam antara lain sebagai berikut :
- Rumpon
- Lampu galaxy 60 buah
- Lampu philips 14 buah
- Roler
- Gardan 2 buah
- Derek
- Tanggo
- Fish finder

Cara Pengoperasian Alat Tangkap Purse Seine

Menurut Usemahu, A.R. dan Tomasila, L.A, 2003, dalam teknik pengoperasian alat tangkap purse seine meliputi dua tahap yaitu :
- Tahap setting
- Tahap hauling

1. Tahap setting
Setelah memperhatikan segala faktor yang mempengaruhi pelingkaran alat, barulah dapat ditentukan kemana arah pelingkaran dan pada posisi bagaimana jaring harus dilingkarkan. (Usemahu, A.R. dan Tomasila, L.A, 2003).
Dalam pengoperasian alat tangkap purse seine dapat dilakukan dengan urutan kerja sebagai berikut :
- Mula – mula ujung tali kolor yang diberi pelampung tanda disatukan dengan ujung – ujung tali ris atas dan tali ris bawah ditempatkan ke posisi yang sudah ditentukan.
- Selanjutnya kapal penangkap segera melingkari gerombolan ikan sambil menurunkan jaring dan peralatannya (jaring, pelampung, pemberat, ring) menuju ke ujung tali kolor yang telah dilemparkan pada waktu permulaan.

2. Tahap hauling
Setelah jaring membentuk satu lingkaran penuh, maka pelampung yang pertama dilemparkan diangkat ke atas kapal dan selanjutnya tali kolor ditarik sambil menarik sebagian alat (bagian sayap), dengan demikian ikan – ikan akan terkurung dan tidak dapat meloloskan diri lagi baik ke arah samping atau ke arah bawah (Usemahu, A.R. dan Tomasila, L.A, 2003)